Brilio.net - Di tengah proses hukum yang masih berjalan, Nikita Mirzani kembali membawa kabar yang cukup mengejutkan terkait kondisi kesehatannya. Aktris yang akrab disapa Nyai itu mengungkap bahwa dirinya mengalami sakit serius di bagian leher yang berpotensi mengganggu organ vital, termasuk otak dan jantung.
Pernyataan tersebut disampaikan Nikita usai menghadiri sidang lanjutan kasus dugaan pemerasan dan TPPU di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (11/10). Menurutnya, keluhan ini merupakan dampak dari operasi pengapuran tulang leher yang pernah ia jalani, namun kini kambuh akibat kondisi selama berada di tahanan.
BACA JUGA :
Harapan pupus! Permohonan penangguhan penahanan Nikita Mirzani ditolak hakim
"Jadi kan aku pernah operasi leher nih, ada pengapuran di nomor 5 tulang, kan sudah pakai pen. Cuman karena tidurnya di tahanan kan kasurnya kan enggak sesuai sama di kamar, jadi ada pergeseran dan ada benjolan," ujar Nikita.
Akibat masalah ini, ia diwajibkan menjalani fisioterapi intensif selama enam minggu. Jika kondisi tak kunjung membaik, maka langkah operasi akan menjadi pilihan terakhir. "Nah itu harus fisioterapi dulu selama 6 minggu. Kalau masih ada penyempitan baru nanti dioperasi, tindak lanjutnya gitu," tambahnya.
Ibu tiga anak itu juga menjelaskan betapa seriusnya penyakit tersebut. Ia kerap merasakan pusing hingga sesak napas, karena dua saraf penting di tulang lehernya ikut terancam.
BACA JUGA :
Dituntut 12 tahun penjara, Vadel Badjideh curhat usai sidang, ungkap benci pada diri sendiri
"Karena kan sumsum tulang leher itu kan dia ada 2 kabel kayak kabel, 1 tuh ke otak, 1 ke jantung, ya kalau misalkan dia makin menyempit makin menyempit ya nauzubillah ya, amit-amit, entar enggak ada Nikita Mirzani," ungkapnya.
Lebih lanjut, Nikita mengaku penyakit ini sebenarnya sudah mulai terasa sejak ia ditahan di Polda. Namun keluhannya semakin memburuk setelah ia dipindahkan ke rutan. "Kalau sakitnya sebetulnya udah dari waktu di polda sebulan, gitu. Cuman masih ditahan-ditahan gitu," jelasnya.
Kini, Nikita telah mengajukan permohonan kepada majelis hakim agar bisa menjalani fisioterapi di luar rutan. Hal itu dilakukan lantaran fasilitas perawatan tersebut tidak tersedia di dalam tahanan. "Di rutan enggak ada. Direkomendasiin sama dokter, Bu," pungkasnya.
