Brilio.net - Shabrina Leanor sukses menyabet gelar juara di ajang Indonesian Idol musim ke-13. Penampilannya di babak grand final pada Selasa (20/5). membuat publik terpukau saat berduel dengan Fajar Noor.
Lagu “Karena Ku Sanggup” milik Agnez Mo yang dibawakannya berhasil memancing standing applause dari para juri. Bahkan, Maia Estianty sampai naik ke atas meja dan memeluknya karena terhanyut suasana.
BACA JUGA :
Konsisten rambut panjang, 9 potret Mahalini sebelum terkenal ini cantik alami perempuan Indonesia
Sebagai pemenang, Shabrina tak hanya membawa nama harum, tetapi juga sederet hadiah bergengsi. Ia diganjar uang tunai Rp150 juta, satu unit mobil Mitsubishi X Force, serta paket liburan eksklusif.
foto: Instagram/@shabrina_leonita
BACA JUGA :
Kini juarai Indonesian Idol 2025, ini 9 fakta menarik Shabrina Leanor yang ternyata hobi dagang
Di balik keberhasilannya, Shabrina menyimpan kisah menyentuh tentang alasan kuatnya bertahan di kerasnya kehidupan Jakarta. Sosok sang nenek yang ia panggil “ibu” menjadi sumber semangat yang tak pernah padam dalam dirinya.
"Kenapa aku nggak nyerah di Jakarta tuh, walaupun kata orang di Jakarta tuh keras lah dan segala macem," ujar Shabrina dalam podcast Obrolan AH, diunggah akun TikTok @obrolanpodcast, Sabtu (31/5).
"Aku lihat ibuku tuh bukan sisi orang yang nggak gitu," tambahnya.
Shabrina mengenang perjuangan neneknya sejak ia duduk di bangku SMP, saat keluarga mereka masih tinggal di tempat berbeda. Sang nenek yang awalnya hanya berjualan bubur ayam perlahan berhasil mewujudkan impian memiliki rumah sendiri.
"Ibuku tuh dari jualan bubur ayam, akhirnya dia dikit-dikit bisa bangun rumahnya yang dia impikan lah," jelas Shabrina.
foto: TikTok/@obrolanpodcast
Namun, rumah impian yang dibangun nenek Shabrina perlahan dari hasil jualan bubur akhirnya luluh lantak dilahap api. Peristiwa kebakaran hebat itu terjadi pada 2015 dan menghanguskan seluruh isi rumah tanpa sisa.
"Tapi kodarullah ternyata 2015 rumah kita kebakaran total. Kalau rumah aku kebakaran total, terus harusnya kan manusiawinya, manusia kalau kehilangan harta benda apalagi, dengan susah payah dia capai, ya harusnya dia, entah dia kecewa atau dia marah," ceritanya.
Sang nenek hanya terdiam melihat rumahnya terbakar, lalu teringat sebuah dokumen penting yang harus diselamatkan. Ia segera tersadar bahwa polis asuransi untuk cucunya masih ada di dalam rumah.
"Nggak, dia cuma ngeliatin rumahnya dengan diam, habis itu dia sadar. Dia tuh ada nge-polis asuransiin bina, dan polis asuransinya itu masih di dalam, masih dalam api itu," lanjutnya.
Tanpa pikir panjang, sang nenek berlari masuk ke rumah yang sudah dilalap api untuk mengambil dokumen itu. Semua panik saat melihat kobaran api sudah menyelimuti seluruh ruangan.
"Jadi yang di kepala dia setelah dia sadar, dia langsung lari ke dalam, dia bongkar lemari itu, kita semua udah panik karena apinya tuh udah full, Kak, serumah-rumahan," tutur kekasih Fajar tersebut.
foto: TikTok/@obrolanpodcast
Ia keluar dari rumah dengan tangan yang terbakar, tapi berhasil menggenggam polis asuransi itu dengan erat. Dokumen itu penting untuk masa depan Shabrina.
"Terus pas dibuka, pas ibuku keluar, ibuku tuh udah kebakar sebelah tangannya. Tapi dia sambil pegang polis asuransi itu, karena itu buat aku sekolah," terang Shabrina.
Shabrina mengaku tak pernah melihat neneknya menangis atau meratapi nasib meski kehilangan segalanya. Peristiwa besar itu dihadapinya dengan penuh ketegaran.
Ia tak pernah mendengar sang nenek menyalahkan takdir atas musibah yang menimpa mereka. Semua diterima dengan sabar dan hati lapang.
"Jadi tidak pernah aku tuh, misalkan, aduh kok kita nasibnya gini banget ya, kok misalnya Allah giniin kita banget. Nggak, sama sekali," bebernya.
foto: Instagram/@shabrina_leonita
Ketika merantau ke Jakarta, Shabrina pun memilih untuk tak membebani keluarga dengan keluh kesah. Ia selalu menutupi kesulitan dan hanya menyampaikan kabar baik.
"Makanya aku pas di Jakarta, walaupun aku susah, aku tuh nggak pernah ngadu ke orangtuaku. Aku pengennya ngasih tau mereka tuh hal-hal yang baik-baik aja," jelas wanita 25 tahun itu.
Setiap hari, ia memastikan keluarga tahu bahwa semua urusannya berjalan lancar. Pesan yang disampaikan selalu menyenangkan hati mereka.
Semangat sang nenek menjadi sumber kekuatan utama dalam hidupnya. Ia merasa tak pantas mengeluh saat neneknya telah berjuang sekeras itu.
"Gimana aku, aku malu sama ibuku. Ibuku aja dia fight banget. Masa aku masih muda, aku banyak ngeluh, gitu," tandasnya.