Belakangan ini, Aplikasi World App menjadi perbincangan hangat di media sosial Indonesia. Tawaran menariknya? Bayaran sebesar Rp800.000 bagi siapa saja yang mau melakukan pemindaian retina mata. Siapa yang tidak tergoda dengan imbalan semanis ini, bukan? Hanya dengan memindai mata, kamu bisa mendapatkan uang. Namun, di balik tawaran ini, muncul banyak pertanyaan tentang keamanan data biometrik pengguna.
Aplikasi World App mengklaim bahwa layanan mereka dirancang untuk memastikan bahwa pengguna adalah manusia asli, bukan bot. Ini adalah solusi yang mereka tawarkan di tengah maraknya kecerdasan buatan (AI) saat ini. Namun, kita perlu mempertanyakan apakah klaim tersebut benar-benar sejalan dengan praktik pengolahan data yang mereka lakukan.
Kontroversi semakin memanas ketika Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memutuskan untuk membekukan sementara operasi Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) untuk layanan World Coin dan World ID yang terkait dengan Aplikasi World App. Langkah ini diambil untuk melindungi masyarakat dari risiko terhadap keamanan data pribadi mereka, terutama data biometrik yang sangat sensitif seperti pola retina mata.
World App adalah bagian dari ekosistem layanan yang lebih besar yang terdiri dari World ID, World Coin, dan World Chain. Sebagai aplikasi utama, World App berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan identitas digital pengguna dan juga dapat digunakan untuk mengelola aset digital seperti mata uang kripto.
World ID dirancang untuk membuktikan secara aman dan anonim bahwa Anda adalah manusia di dunia maya. Sistem ini membantu pengguna melakukan verifikasi online dengan mudah, sekaligus memastikan bahwa mereka bukan bot. Dengan begitu, pengguna dapat melakukan berbagai aktivitas online dengan aman, seperti voting atau pembelian tiket konser.
Inti dari sistem verifikasi World adalah perangkat bernama Orb, yang dilengkapi dengan teknologi canggih untuk memindai iris mata dan mengambil gambar beresolusi tinggi dari tubuh dan wajah pengguna. Namun, pengumpulan data biometrik yang luas ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang privasi dan keamanan data pengguna.
World Coin, mata uang kripto dalam ekosistem ini, dapat diklaim secara gratis oleh individu yang telah terverifikasi melalui pemindaian retina. Selain itu, World Chain adalah blockchain yang dirancang untuk memberikan kendali lebih besar kepada pengguna dalam ekosistem ini.
Namun, kontroversi semakin memuncak ketika berita tentang pembayaran Rp800.000 untuk pemindaian retina viral di media sosial. Merespons hal ini, Komdigi mengambil tindakan tegas dengan membekukan operasi sementara layanan World Coin dan World ID. Penelusuran awal menunjukkan bahwa perusahaan yang terkait dengan World App belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik.
Tools for Humanity (TFH), startup di balik World, merespons dengan menghentikan layanan verifikasi mereka di Indonesia secara sukarela. Mereka berjanji untuk berkomunikasi dengan pemerintah dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. TFH juga menjelaskan bahwa teknologi mereka bertujuan untuk memverifikasi keunikan individu di era AI, meskipun mereka mengakui bahwa teknologi baru sering kali menimbulkan skeptisisme.
Namun, pengumpulan data biometrik, terutama pemindaian retina, menimbulkan kekhawatiran serius terkait privasi. Data biometrik bersifat permanen dan unik, sehingga kebocoran data dapat berdampak seumur hidup. Masyarakat perlu diberikan informasi yang jelas tentang bagaimana data mereka akan digunakan dan dilindungi.
Recommended By Editor
- Oh, begini caranya bikin si kecil minta sendiri sarapan pagi berbekal sereal bernutrisi nan lezat
- Keren, bocah 14 tahun ciptakan aplikasi AI pendeteksi penyakit jantung
- Bukan cuma kata nenek, bidan juga setuju pentingnya jamu terstandar pasca persalinan
- Wapres Gibran ucapkan selamat Idulfitri dengan video AI naik unta di gurun menuju Monas, tuai sorotan
- Gibran Rakabuming: AI bukan ancaman, melainkan alat bantu manusia
- 11 Seleb ini cobain chat Meta AI tanya tentang siapa dirinya, jawabannya nyeleneh di luar ekspetasi
- 8 Selebriti ikut tren Meta AI di WhatsApp, hasilnya konyol

