Brilio.net - Di balik sosoknya yang dikenal selalu ceria dan penuh tawa, komedian senior Edwin Super Bejo ternyata pernah melalui masa sulit dalam hidupnya. Ia secara jujur mengaku pernah merasakan gejala post-power syndrome, sebuah kondisi psikologis yang sering dialami tanpa disadari, terutama oleh mereka yang pernah berada di puncak popularitas.

Bagi Edwin, post-power syndrome bukan sekadar istilah kosong. Ia menggambarkannya sebagai fase di mana seseorang sulit menerima kenyataan bahwa masa kejayaan sudah berlalu.

“Mungkin banyak orang enggak sadar kalau dia sedang mengalami post power syndrome. Karena post power syndrome itu ketika kita enggak ada, merasa ada,” ungkapnya saat ditemui di kawasan Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (29/10).

Ia mengakui, salah satu gejala yang paling terasa adalah rasa takut kehilangan penghasilan. Ketika pendapatan tak lagi sebesar dulu, muncul dorongan untuk tetap terlihat mapan—bahkan dengan cara yang justru bisa merugikan diri sendiri.

“Ketakutan enggak punya penghasilan. Akhirnya merasa dulu punya sepuluh, padahal sekarang enggak bisa sampai ke situ lagi. Tapi dia pengin, seolah-olah masih ada. Akhirnya jual aset-asetnya,” jelas Edwin dilansir Kapanlagi, Kamis (30/10).

Edwin pun mengaku pernah berada dalam posisi seperti itu. Demi menjaga citra dan gaya hidup, ia nekat menjual barang-barang koleksi kesayangannya dengan pikiran bisa membelinya kembali suatu hari nanti.

“Dulu Om suka ngumpulin barang. Akhirnya mikir, ‘Ah, ini buat apa? Udah, jual aja. Ntar beli lagi.’ Gitu terus,” kenangnya.

Namun, realitas tidak semudah itu. Setelah barang-barangnya habis dijual, Edwin menyadari bahwa untuk mengembalikan semuanya seperti sedia kala bukan hal yang mudah. “Akhirnya ternyata untuk mengembalikan seperti yang dulu lagi enggak bisa,” tutupnya.