Brilio.net - Nama Maudy Ayunda selama ini lekat dengan citra perempuan cerdas dan berprestasi. Ia dikenal bukan hanya karena kariernya di dunia hiburan, tapi juga karena kiprahnya dalam bidang pendidikan yang menginspirasi banyak anak muda Indonesia.

Lulusan sarjana dari University of Oxford itu juga pernah mencetak prestasi gemilang di tingkat pascasarjana. Ia berhasil meraih dua gelar sekaligus dari Stanford University, yaitu Master of Business Administration (M.B.A) dan Master of Arts (M.A) di bidang pendidikan.

Namun di balik semua pencapaian itu, siapa sangka Maudy sempat menghadapi masa sulit di bangku sekolah dasar. Saat usia 10 tahun, ia pernah hampir tidak naik kelas karena kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah internasional yang baru ia masuki.

Maudy mengungkapkan bahwa saat itu ia baru pindah sekolah di tengah tahun ajaran. Lingkungan belajar yang serba menggunakan Bahasa Inggris menjadi tantangan besar bagi dirinya.

Maudy Ayunda nyaris tak naik kelas © 2025 brilio.net

foto: YouTube/Raditya Dika

"Guru-gurunya semuanya pada bilang kayak ini ada kemungkinan Maudy nggak naik kelas ya. Karena masuknya pertengahan tahun terus kayak Bahasa Inggris aku jelek banget," ungkap Maudy dikutip brilio.net dari YouTube Raditya Dika pada Kamis (12/6).

Ia juga menjelaskan bahwa keterbatasan dalam berbahasa menjadi kendala utama saat itu. Bahasa pengantar yang digunakan membuatnya merasa tertinggal dan tak mampu mengejar pelajaran dengan baik.

Situasi tersebut membuatnya harus beradaptasi cepat atau tertinggal semakin jauh. Tantangan itu sempat membuatnya merasa down sebagai anak kecil yang baru menyesuaikan diri.

"Karena ya belum bisa ngikutin teman-teman yang lain karena pengantarnya Bahasa Inggris," katanya.

Namun alih-alih menyerah, Maudy muda menjadikan prediksi buruk itu sebagai titik balik. Ia menganggapnya sebagai tantangan pribadi yang harus dihadapi dengan sungguh-sungguh.

Meski usianya saat itu baru 10 tahun, ia menyadari bahwa dirinya memiliki pilihan untuk menyerah atau membuktikan diri. Di titik itulah ia mulai merasa tertantang untuk keluar dari tekanan dan membalikkan keadaan.

Maudy Ayunda nyaris tak naik kelas © 2025 brilio.net

foto: Instagram/@maudyayunda

"Jadi itu tebakan aku sendiri ya, itu jadi turning point. Di situ Maudy kecil ini yang berumur 10 tahun itu bisa memilih untuk mungkin menerima fit ya udahlah nggak apa-apa nggak naik kelas. Somehow Maudy kecil ini ter-challenge," ujar Maudy.

Usahanya tak berhenti sampai di situ. Meski akhirnya berhasil naik kelas, ia tetap merasa nilainya belum begitu memuaskan.

Namun hal itu cukup untuk memacu semangatnya. Ia mulai bisa melihat perkembangan dalam dirinya sendiri yang semakin membaik dari waktu ke waktu.

"Dalam situasi itu dan pada saat akhirnya naik kelas meski nggak bagus-bagus amat nilainya. Sampai akhirnya bisa mulai perform dan lain-lain itu kayaknya menjadi poin kesadaran gitu," ucap Maudy.

Perjalanan itu menjadi pengalaman berharga yang memperkuat mentalitas belajarnya hingga kini. Ia pun terus belajar dan menggali potensi diri melalui kerja keras dan konsistensi.

Ia mengakui bahwa proses peningkatan kemampuannya berbahasa Inggris saat itu bukan hal yang mudah. Ia harus mengejar ketertinggalan dengan belajar dari berbagai sumber.

Lewat kerja keras dan kemauan belajar yang tinggi, Maudy akhirnya bisa menunjukkan peningkatan signifikan. Ia pun berhasil menaklukkan masa-masa sulit itu dan terus melangkah hingga dikenal seperti sekarang.