Menteri Kebudayaan Fadli Zon baru-baru ini mengumumkan bahwa akan ada fasilitas baru di Candi Borobudur, yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Namun, ia menegaskan bahwa pembangunan ini tidak terkait dengan kedatangan presiden Prancis.

"Jadi, saya ingin klarifikasi, tidak ada pembuatan lift di Candi Borobudur. Ada video yang beredar yang menyebutkan tentang pemasangan eskalator, tetapi itu semua adalah kesalahpahaman. Mereka tidak bisa membedakan antara eskalator dan ekskavator. Jadi, saya tegaskan, tidak ada eskalator yang dipasang di Candi Borobudur," jelas Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam sebuah wawancara yang dilansir dari akun Youtube Liputan6, Senin (26/5).

Fadli Zon melanjutkan bahwa yang sedang direncanakan adalah pemasangan chairlift, yang bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, lansia, dan kalangan senior biksu agar mereka dapat menjelajahi situs bersejarah yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia ini.

"Chairlift ini untuk inklusivitas. Banyak situs bersejarah di dunia yang sudah mengadopsi sistem ini. Misalnya, jika kita mengunjungi Akropolis atau Parthenon di Yunani, mereka juga menggunakan chairlift," tambahnya.

Fadli juga menambahkan bahwa banyak situs bersejarah lainnya, seperti gereja Saint Peter di Italia dan Angkor Wat di Kamboja, juga menggunakan chairlift. Kehadiran chairlift ini, menurutnya, tidak akan merusak struktur bangunan candi yang bersejarah. Ini adalah bentuk penyesuaian untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas bagi umat Buddha dan masyarakat umum, terutama saat melakukan aktivitas keagamaan seperti perayaan hari Waisak.

"Kami melakukan ini sebagai adaptasi, sesuai dengan UU, dan tidak akan merusak bangunan sama sekali. Chairlift ini dilengkapi dengan hand rail untuk keamanan," tegasnya.

Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo juga memberikan tanggapan terkait isu pemasangan eskalator di Candi Borobudur. Ia menegaskan bahwa kementeriannya tidak terlibat dalam pekerjaan langsung di area utama candi.

"Saat kami melakukan renovasi kawasan, fokus kami adalah pada area sekitar, bukan objek utama," ujar Dody dalam konferensi pers, Senin (26/5). 

Dody menjelaskan bahwa pengelolaan objek utama Candi Borobudur berada di bawah Kementerian Kebudayaan dan saat ini dikelola oleh Injourney. Ia tidak dapat memastikan apakah akan ada pembangunan eskalator untuk mendukung kunjungan Presiden Prancis ke lokasi tersebut.

"Apakah untuk kedatangan Presiden Prancis ini Injourney atau anak usahanya akan membangun eskalator, saya tidak bisa jawab. Namun, fasilitas pendukung seperti buggy car sudah tersedia untuk membantu mobilitas tamu kenegaraan dengan nyaman," tambahnya.

Sebelumnya, media sosial ramai membahas video yang menunjukkan sejumlah plat besi dan papan kayu dipasang di tangga-tangga Candi Borobudur menuju puncak. Plat besi ini disebut-sebut untuk pemasangan eskalator menjelang kunjungan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi memastikan bahwa pemasangan eskalator di Candi Borobudur tidak akan merusak bangunan cagar budaya. Pemasangan eskalator ini bertujuan untuk memudahkan kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 29 Mei 2025 mendatang.

Hasan menjelaskan bahwa pemasangan eskalator di Candi Borobudur dilakukan tanpa menggunakan paku atau bor, dan diawasi oleh Kementerian Kebudayaan. Menurutnya, eskalator tersebut akan dibongkar kembali setelah kunjungan Presiden Macron.

"Semua ini dibangun dengan pengawasan dari Kementerian Kebudayaan dan tidak ada paku, tidak ada bor. Jadi, semuanya hanya diletakkan, dan bisa dibongkar dengan mudah setelah selesai," ujarnya. Hasan menambahkan bahwa pemasangan ini bertujuan agar kunjungan Presiden Macron ke Candi Borobudur dapat berlangsung efisien di tengah keterbatasan waktu.