5 Kronologi bocah usia 11 tahun meninggal usai digigit ular weling, 1 bulan dirawat melawan bisa
  1. Home
  2. »
  3. Duh!
20 Juli 2025 19:00

5 Kronologi bocah usia 11 tahun meninggal usai digigit ular weling, 1 bulan dirawat melawan bisa

Bocah ini sempat berjuang melawan racun yang menyebar di tubuhnya selama lebih dari empat minggu. Khansa Nabilah
foto: Merdeka.com; Wikipedia/Wibowo Djatmiko

Brilio.net - Duka mendalam menyelimuti keluarga bocah asal Pekalongan bernama Rafa. Anak berusia 11 tahun itu mengembuskan napas terakhirnya usai sebulan dirawat karena gigitan ular weling.

Rafa sempat berjuang melawan racun yang menyebar di tubuhnya selama lebih dari empat minggu. Ia akhirnya meninggal pada Minggu, 20 Juli 2025 pukul 00.30 WIB di RSUP Dr Kariadi, Semarang.

BACA JUGA :
Sering dipakai buat usir ular, efektifkah garam dan kapur barus? Simak faktanya


Kisah tragis ini tak hanya mengetuk hati banyak orang, tapi juga memunculkan sorotan terhadap penanganan medis yang diterimanya. Dugaan kesalahan diagnosis membuat keluarga berencana menempuh jalur hukum.

Berikut brilio.net himpun kronologi bocah usia 11 tahun meninggal usai digigit ular weling dari berbagai sumber pada Minggu (20/7).

1. Digigit ular weling saat tidur di rumah.

BACA JUGA :
Benarkah ular bisa menyimpan dendam? Ini penjelasan ilmiahnya

foto: Wikipedia/Wibowo Djatmiko

Kejadian bermula saat Rafa sedang tertidur lelap di rumahnya pada Senin dini hari, 16 Juni 2025 pukul 04.00 WIB. Saat itu, ibunya melihat seekor ular melintas di dekat putranya.

Ular weling tersebut diduga jatuh dari plafon rumah dan langsung menggigit Rafa. Kaget dengan kejadian itu, keluarga langsung membawanya ke mantri kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan awal.

Setelah diperiksa oleh mantri, Rafa disarankan agar segera dirujuk ke rumah sakit. Keluarga pun membawa bocah tersebut ke RSUD Kajen untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

2. Dirawat di RSUD Kajen lalu diperbolehkan pulang.

foto: Freepik.com

Setiba di RSUD Kajen pada Senin pagi, Rafa langsung diberi suntikan dan bantuan oksigen. Prosedur ini dilakukan selama kurang lebih 45 menit sebagai upaya meredakan gejala yang dirasakan pasien.

Namun pihak rumah sakit menilai kondisi Rafa cukup stabil dan menyarankan untuk melanjutkan perawatan secara rawat jalan. Keluarga pun membawa Rafa pulang seperti anjuran pihak medis.

Sayangnya, belum lama dalam perjalanan pulang, Rafa mengalami kejang-kejang. Keluarga panik dan akhirnya membawa Rafa ke Rumah Sakit Islam (RSI) Pekajangan untuk mendapatkan penanganan darurat.

3. Diduga salah diagnosis, racun telanjur menyebar.

foto: Freepik.com

Pihak keluarga menyayangkan keputusan RSUD Kajen yang terlalu cepat menyimpulkan kondisi pasien aman. Mereka menilai, racun dari gigitan ular sudah mulai menyebar, tapi belum terdeteksi secara menyeluruh.

Hal ini menjadi awal dari langkah hukum yang ingin ditempuh keluarga. Mereka merasa penanganan medis awal tidak maksimal sehingga memperparah kondisi Rafa.

4. Dirujuk ke Semarang dalam kondisi kritis.

foto: Merdeka.com

Setelah sempat dirawat di RSI Pekajangan, kondisi Rafa semakin menurun. Ia kemudian dirujuk ke RSUP Dr Kariadi di Kota Semarang pada 9 Juli 2025 untuk mendapatkan penanganan lanjutan.

Setiba di ruang IGD, tim medis menemukan bahwa kondisi Rafa sudah cukup memburuk. Indikasi keracunan terlihat dari tingginya kadar ureum dan kreatinin, menandakan fungsi ginjal yang terganggu.

"Iya, memang ketika dihantarkan ke IGD tanggal 9 Juli 2025 memang sudah perburukan kesehatan," kata Humas RSUP Dr Kariadi, Aditya Kandu Warenda, dikutip dari Merdeka, Minggu (20/7).

5. Meninggal dunia setelah sebulan berjuang.



foto: Freepik.com

Selama dirawat di RSUP Dr Kariadi, Rafa menjalani sejumlah tindakan medis. Tim dokter mencoba menstabilkan kesadarannya serta memperbaiki fungsi organ-organ vital yang terdampak bisa ular.

Proses penyembuhan dilakukan dengan menyuntikkan antivenom serta memantau kondisi pasien secara intensif. Namun sayangnya, kondisi bocah tersebut tak kunjung membaik hingga akhirnya meninggal dunia.

"Benar, meninggal dini hari tadi," ujar Aditya Kandu Warenda, membenarkan kabar duka pada Minggu, 20 Juli 2025. Rafa sudah dipulangkan ke rumah duka oleh pihak keluarga untuk dimakamkan.

Mengenal ular weling dan bahayanya. 

foto: Freepik.com

Ular weling (Bungarus candidus) adalah salah satu jenis ular berbisa yang cukup banyak ditemukan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatra. Ular ini dikenal dengan ciri khas tubuh belang hitam-putih atau hitam-krem menyerupai pita, dan biasanya aktif berburu pada malam hari (nokturnal).

Meskipun terlihat mencolok, ular ini sangat berbahaya karena mengandung bisa neurotoksin yang memengaruhi sistem saraf. Bisa dari ular weling bekerja dengan cara melumpuhkan otot, termasuk otot pernapasan, sehingga korban dapat mengalami kesulitan bernapas, kejang, hingga kehilangan kesadaran jika tidak segera mendapat penanganan.

Korban gigitan ular weling biasanya tidak langsung merasakan sakit yang ekstrem seperti pada ular tanah, sehingga gejalanya bisa disalahartikan sebagai tidak serius. Padahal, kerusakan akibat racun bisa berkembang dengan cepat dan fatal. Dalam banyak kasus, gigitan ular weling bisa menyebabkan kematian dalam waktu 24 jam jika tidak segera ditangani dengan pemberian antivenom yang tepat.

Kementerian Kesehatan RI menyarankan agar masyarakat yang tergigit ular, terutama jenis berbisa seperti weling, segera menuju fasilitas kesehatan terdekat dan tidak hanya mengandalkan pengobatan tradisional. Penanganan medis yang cepat dan akurat adalah kunci keselamatan dari kasus gigitan ular berbisa seperti ini.

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags