Ketika mitologi Melayu bertemu monster horor di tengah perang dalam film Orang Ikan
  1. Home
  2. »
  3. Film
9 Juli 2025 16:11

Ketika mitologi Melayu bertemu monster horor di tengah perang dalam film Orang Ikan

Ceritanya membawa penonton ke sebuah pulau terpencil, tempat seorang tentara Jepang dan tawanan Inggris harus bertahan hidup. Azizta Laksa Mahardikengrat
Foto: Orang Ikan

Brilio.net - Legenda bisa hidup kembali lewat medium yang tepat. Film Orang Ikan jadi buktinya. Bukan sekadar horor monster biasa, ini adalah sinema yang menyatukan mitologi Melayu yang jarang disorot dengan drama bertahan hidup di era Perang Dunia II.

Diproduseri Gorylah Pictures bersama Zhao Wei Films (Singapura) dan Infinite Studios (Indonesia), film ini mengambil jalur yang tak biasa. Mike Wiluan, yang duduk di bangku sutradara sekaligus penulis naskah, meracik elemen lokal dan horor klasik jadi sebuah tayangan yang memikat secara visual dan emosional.

BACA JUGA :
Rasukma merangkul cinta ibu lewat “Suaka”, album yang penuh kehangatan


Diungkap brilio.net, Rabu (9/7) dari rilis resminya, ceritanya membawa penonton ke sebuah pulau terpencil, tempat seorang tentara Jepang dan tawanan Inggris harus bertahan hidup. Tapi musuh mereka bukan cuma sesama manusia. Ada makhluk misterius dari perairan yang mengintai. Orang Ikan (makhluk mitologi Melayu) diangkat sebagai pusat cerita. Bukan sosok sakral seperti Nyai Roro Kidul, melainkan makhluk hibrida manusia dan ikan yang selama ini hanya hidup di cerita rakyat.

foto: Orang Ikan

BACA JUGA :
Vidio tunjukkan taji di kuartal pertama 2025, klaim 9 dari 15 judul terpopuler di Indonesia

Mike menyebut ini sebagai "kisah asal muasal monster yang lahir dari tragedi kemanusiaan." Sebuah refleksi tentang bagaimana manusia bisa saling menghancurkan, namun terpaksa bersatu saat menghadapi hal yang tak dikenal. Perspektif ini menjadikan Orang Ikan lebih dari sekadar horor. Ia menyimpan lapisan narasi soal konflik, penyembuhan, dan kemungkinan damai dalam kondisi ekstrem.

Produksi film ini lintas negara seperti Indonesia, Singapura, Jepang, dan Inggris. Dari Curug Sodong di Sukabumi, Kawasan Geopark Ciletuh, hingga Studio Infinite di Batam. Kru lokal juga tampil mentereng. Ada Asep Kalila yang meramu kontras tropis dan horor laut lewat kamera, Ernaka Puspita Dewi di balik makeup karakter, dan Fajrul Fadillah yang menangani visual effect.

Salah satu tantangan utama justru datang dari karakter utama itu sendiri: sang Orang Ikan. Kostum makhluk ini dibuat secara praktikal, lengkap dengan prostetik dan animatronik. Panas, berat, dan rumit. Dibutuhkan sistem pendingin khusus, mirip pembalap F1. Semua dilakukan demi detail yang realistis, dibantu Allan Holt, creature designer asal Amerika.

Lokasi syuting juga bukan tempat yang ramah. Hutan lebat, tebing curam, gua sempit, dan pantai berarus ganas. Tim stunt dan keselamatan kerja harus selalu siaga. Bahkan, untuk memilih aktor yang tepat pun bukan perkara gampang. Dean Fujioka dan Callum Woodhouse jadi pilihan utama. Alasannya sederhana: keaslian. Dean punya pengalaman luas dan fasih berbagai bahasa, sedangkan Callum dikenal sebagai aktor tangguh yang bisa diandalkan di situasi ekstrem.

foto: Orang Ikan

Dari segi bahasa, film ini memakai dialog dalam Bahasa Inggris dan Jepang. Wajar, karena karakter utamanya memang berasal dari dua negara tersebut. Tapi semangatnya tetap Indonesia. Bukan hanya dari lokasi dan kru, tapi juga semangat menghidupkan mitologi lokal ke ranah internasional.

Sebelum masuk layar bioskop Indonesia, Orang Ikan sudah mencuri perhatian di berbagai festival film dunia. Mulai dari Tokyo, Singapura, Trieste di Eropa, sampai Overlook dan Fantasy Filmfest di Amerika dan Jerman. Kritikus pun memberikan pujian. Film Inquiry menyebutnya “perpaduan horor monster dan drama perang yang hanya bisa dilahirkan Asia Tenggara.” Sementara Bloody Disgusting memuji pendekatan visual dan emosionalnya yang kuat.

Rencananya, Orang Ikan akan tayang di banyak negara mulai dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jerman, sampai Timur Tengah. Dan di Indonesia sendiri, film ini akan hadir di layar lebar mulai 11 Juli 2025, sebagai special showcase di CGV Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

Bagi yang penasaran dengan horor yang tak biasa, makhluk mitologi yang tak banyak dikenal, dan cerita yang menyatukan manusia dan monster dalam satu layar, ini film yang wajib dilirik. Bukan hanya menghidupkan legenda, tapi juga memperlihatkan bagaimana horor bisa jadi medium untuk bicara soal manusia itu sendiri.

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags