Pindah ke Australia, WNI ini pilih jadi petani, biar kerjanya berat, gaji 2 minggu capai Rp 60 juta
  1. Home
  2. »
  3. Wow!
27 Februari 2025 09:10

Pindah ke Australia, WNI ini pilih jadi petani, biar kerjanya berat, gaji 2 minggu capai Rp 60 juta

Jangan cuma dilihat nominalnya, tapi juga perjuangannya, meski berat, yang pasti kerja keras membuahkan hasil Syeny Wulandari

Brilio.net - Australia terus menjadi salah satu destinasi favorit bagi tenaga kerja Indonesia yang ingin mencari peluang karier di luar negeri. Stabilitas ekonomi dan kebutuhan tenaga kerja yang tinggi membuka banyak kesempatan bagi mereka yang memiliki keterampilan sesuai dengan pasar kerja di sana.

Banyak masyarakat Indonesia melihat Australia sebagai tujuan impian untuk bekerja karena gaji yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Fenomena ini semakin menarik perhatian setelah munculnya tagar #KaburAjaDulu, yang mencerminkan ketidakpuasan terhadap situasi ekonomi dan politik di Tanah Air.

BACA JUGA :
Viral tagar #KaburAjaDulu, Istana ungkap merantau tak boleh dilarang


Seperti pengalaman yang dirasakan oleh seorang WNI yang membagikan kisahnya di TikTok @discoveringlifewithsam. Dalam unggahannya, ia menceritakan bagaimana ia meninggalkan segala kenyamanan di Indonesia demi mengejar kehidupan yang lebih baik di negeri orang.

"24 tahun, merantau ke luar, bertahan di tengah ketidakpastian, menyusuri jalan penuh liku entah ke mana arahnya, demi mengusahakan mewujudkan 'rumah' itu," tulisnya.

BACA JUGA :
Tanggapi tagar #KaburAjaDulu, Wamenaker: silakan saja, kalau memang tak kembali juga tak masalah

foto: TikTok/@discoveringlifewithsam

Di Australia, ia bekerja sebagai pekerja musiman di sektor panen gandum. Dalam salah satu unggahannya, ia membagikan perjuangannya bekerja sebagai petani dengan upah yang bisa mencapai Rp 60 juta hanya dalam dua minggu.

Ia juga menjelaskan bahwa gaji yang diterima masih harus dipotong pajak. Setelah dipotong pajak sebesar 1.000 dolar Australia, ia mendapatkan penghasilan bersih sekitar 5.600 dolar atau setara dengan kurang lebih Rp 57 juta, jika dikonversikan dengan kurs Rp 10.200 per dolar Australia.

Upah besar yang diperoleh tentu tidak datang dengan mudah, ada perjuangan panjang di baliknya. Pekerjaan yang dijalani menuntut tenaga ekstra dengan jam kerja panjang dan kondisi yang jauh dari kata nyaman.

foto: TikTok/@discoveringlifewithsam

Bekerja di luar negeri berarti harus siap meninggalkan keluarga, teman, dan lingkungan yang sudah dikenal. Keputusan untuk merantau ke Australia juga mengharuskannya berpindah ke daerah yang bahkan namanya pun belum pernah didengar sebelumnya.

"Pindah ke tempat yang bahkan namanya aja asing, gapernah denger. Jauhnya 6 jam dari Sydney," ungkapnya.

Pekerjaan yang dijalani tidak mengenal hari libur, bahkan saat akhir pekan atau tanggal merah. Sistem kerja mengharuskannya bekerja selama 13 hari berturut-turut dengan hanya satu hari libur untuk beristirahat dan membeli kebutuhan sehari-hari.

Setiap hari dimulai sejak pukul 7 pagi hingga 9 malam, dengan aktivitas fisik yang cukup menguras tenaga. Sepanjang hari harus berdiri, bergerak cepat, dan bekerja dengan safety shoes yang membuat kaki terasa tidak lagi menapak.

"Begitu pulang tinggal makan yang simpel aja, siapin bekal, tidur," katanya.

foto: TikTok/@discoveringlifewithsam

Adaptasi menjadi tantangan tersendiri karena aksen warga lokal Australia yang cukup sulit dipahami. Berbaur dengan mereka bukan sekadar soal berbicara, tetapi juga memahami cara kerja dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan di Indonesia.

Bekerja di sektor pertanian di Australia bukan pekerjaan tetap, melainkan bersifat kasual dan musiman. Pekerja yang tidak memenuhi target atau melakukan terlalu banyak kesalahan bisa saja diberhentikan secara tiba-tiba.

"Kerja nggak sesuai target? Lemot? Banyak salah? Bisa aja tau-tau besok dikeluarin," curhatnya lagi.

Tugas yang diberikan juga tidak selalu sama setiap hari, tergantung pada kebutuhan manajer. Kadang harus melakukan pekerjaan yang berbeda dari biasanya, tetapi selama masih mendapat bayaran, tidak ada pilihan selain mengiyakan perintah atasan.

foto: TikTok/@discoveringlifewithsam

Bagi mereka yang tertarik mencoba peruntungan bekerja di Australia, pengalaman ini bisa menjadi gambaran nyata tentang tantangan yang harus dihadapi. Gaji tinggi mungkin menjadi daya tarik utama, tetapi kesiapan mental dan fisik menjadi faktor penentu untuk bisa bertahan.

"Masih tertarik apa ragu jadinya?" tutupnya.

Unggahannya pun menuai beragam komentar dari warganet yang menyoroti kerasnya perjuangan bekerja di luar negeri. Banyak yang merasa bahwa meskipun pekerjaannya berat, upah yang diterima sebanding dengan usaha yang dikeluarkan.

"60 JT bagus lah, mau kerja 14 jam gas aja. Daripada di sini, sudah 14 jam kerja lembur diakumulasi libur, gaji mentok 4 juta," tulis @ferdi_d_alessandro21.

"Baru tahu ya kalau merantau itu memang gitu, harus tahan banting mental kita, Bang," komentar @melanglangbuana01.

"Setidaknya tenaganya dibayar dengan layak, Bang, daripada di Konoha," tambah @gtraayenn.

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags