Brilio.net - Persaingan kerja di Indonesia kian ketat, sementara upah yang ditawarkan seringkali tak sebanding dengan kebutuhan hidup. Kondisi itu membuat banyak orang memilih mencari peruntungan di luar negeri. Sejumlah negara membuka peluang kerja dengan bayaran tinggi, bahkan untuk pekerjaan yang di tanah air kerap dianggap sepele.
Salah satu kisah datang dari pemilik akun TikTok @isuul14 yang membagikan pengalamannya bekerja sebagai petani di Jepang. Meski berstatus sarjana cumlaude, ia justru memilih menjadi buruh tani dan menikmati rutinitas yang jauh dari kesan bergengsi.
BACA JUGA :
Pria ini curhat lulus S-1 manajemen tapi gagal kerja ke luar negeri, kini tak gengsi jualan keripik
Keputusannya itu sempat membuat banyak orang di sekitarnya terkejut. Ia mengaku sering mendapat komentar miring lantaran dianggap menyia-nyiakan gelar akademiknya. Namun, bagi dirinya, pilihan ini adalah bentuk pencarian makna dan pengalaman hidup yang tak bisa didapat di balik meja kantor.
foto: TikTok/@isuul14
BACA JUGA :
Rizky Aflaha jadi doktor termuda UGM di usia 25, selesaikan S3 dalam 3 tahun, ini kisah lengkapnya
"Lulus sarjana, cumlaude, tapi kenapa lebih milih jadi petani! Lol. Begitulah kata mereka," tulisnya dalam unggahan di akun TikTok miliknya, dikutip brilio.net pada Rabu (5/11).
Ia menegaskan, keputusannya untuk bekerja di ladang bukan karena keterpaksaan. Ada dorongan pribadi untuk memahami bagaimana dunia bekerja dari sisi yang paling sederhana.
"Me dengan kesadaran 100%, 'Lelaki itu ingin mengetahui cara dunia bekerja'," lanjutnya.
Dalam unggahan lainnya, pria ini juga membagikan perhitungan pendapatannya selama bekerja di Jepang. Ia menulis detail upah yang diterimanya setiap jam hingga total bulanan yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.
"1 jam = 1000 yen. 1 hari = 10 ribu yen. 1 bulan = 26 hari kerja. 26 hari x 10.000. 1 bulan 260 ribu yen," tulisnya.
foto: TikTok/@isuul14
Jika dikonversi, penghasilannya mencapai sekitar Rp28 juta per bulan. Nominal itu tentu cukup besar, terutama jika dibandingkan dengan gaji rata-rata di Indonesia. Namun, di balik angka yang menggiurkan, ada kerja keras dan tantangan fisik yang tidak ringan.
Ia menceritakan bahwa bekerja di ladang Jepang menuntut tenaga besar dan kesabaran ekstra. Selain cuaca yang ekstrem, kendala bahasa juga menjadi tantangan tersendiri selama bekerja di sana.
"Day 3 kerja di pertanian apel, kalau pagi diajak ngobrol masih semangat buat jawab. Tapi kalau jam 5 sore ke atas udah cuma jawab seadanya. Sumpah karena ngobrol dengan bahasa Jepang itu ngomong harus sambil mikir apalagi tenaga juga udah low," ungkapnya.
Cerita perjuangan @isuul14 pun menuai banyak respons dari warganet. Tak sedikit yang salut dengan kegigihannya, meski ada pula yang menyoroti keputusan berani seorang lulusan cumlaude untuk turun langsung ke sawah di negeri orang.
foto: TikTok/@isuul14
"Jalan dan tujuan orang masing masing bismillah sukses selalu," kata @arneta.nirma.
"28 jt bjirrrrrr kerja 10 tahun g foya2 irit pulang kee indo bikin usaha = jadi boss duduk santai di buatin kopi smaa isti," kata @pak.rt0102.
"pengen bgt ke pertanian di jepang, selain gajihnya udh lumayan dripda petani indo, pengalaman kita jg terasah, banyak bgt ilmu2 pertanian di jepang yg canggih, jd PGN tau aja," kata @lylii.ana.