Brilio.net - Ada sebuah ironi yang membingungkan di banyak perusahaan yang lagi gencar-gencarnya pakai generative AI. Para pekerja giat mengadopsi teknologi ini, bahkan jumlah perusahaan dengan proses yang sepenuhnya dipimpin AI naik hampir dua kali lipat tahun lalu.

Penggunaan AI di kantor juga melonjak dua kali lipat sejak 2023. Tapi, kok, hasilnya nggak kelihatan? Sebuah laporan terbaru dari MIT Media Lab menemukan fakta mengejutkan: 95% organisasi nggak melihat keuntungan nyata dari investasi teknologi ini. Banyak aktivitas, banyak semangat, tapi hasilnya nihil. Kenapa bisa begitu?

Kenalan dengan 'Workslop', Si Biang Kerok Baru

istimewa istimewa

foto: GeminiAI

Diungkap brilio.net dari laman resminya, Sabtu (27/9) Sebuah penelitian kolaborasi antara BetterUp Labs dari Harvard dan Stanford Social Media Lab menemukan satu kemungkinan jawaban. Para karyawan ternyata menggunakan AI untuk menghasilkan pekerjaan yang kelihatannya oke, tapi sebenarnya dibuat dengan usaha minimal. Kualitasnya rendah dan ujung-ujungnya malah menambah beban kerja buat rekan setim.

Kalau di media sosial konten sampah AI ini disebut "AI slop", di dunia kerja fenomena ini punya nama sendiri: "workslop". Sederhananya, workslop adalah konten kerja buatan AI yang menyamar sebagai hasil kerja bagus, padahal isinya kosong dan nggak membantu penyelesaian tugas sama sekali. Dan ini bukan masalah sepele. Menurut survei yang sedang berjalan terhadap 1.150 karyawan penuh waktu di AS, 40% di antaranya mengaku pernah menerima workslop dalam sebulan terakhir.

Mereka memperkirakan rata-rata 15,4% konten yang diterima di tempat kerja adalah workslop. Fenomena ini paling sering terjadi antar sesama rekan kerja (40%), tapi juga dikirim oleh bawahan ke manajer (18%). Bahkan, 16% workslop mengalir dari atas ke bawah, dari manajer ke timnya. Industri jasa profesional dan teknologi jadi yang paling terdampak.

Workslop Bikin Kerjaan Jadi Ribet

Setiap insiden workslop memakan biaya. Dalam penelitian ini, rata-rata karyawan menghabiskan satu jam 56 menit untuk menangani setiap kasus. Jika dihitung berdasarkan gaji, ada pajak tak terlihat sebesar $186 per bulan. Untuk organisasi dengan 10.000 pekerja, kerugian produktivitasnya bisa mencapai lebih dari $9 juta per tahun.

Belum lagi biaya sosial dan emosional. Saat ditanya bagaimana rasanya menerima workslop, 53% mengaku kesal, 38% bingung, dan 22% merasa tersinggung. Dampak paling mengkhawatirkan adalah pada hubungan interpersonal.

Hampir separuh responden jadi memandang rekan kerja yang mengirim workslop sebagai sosok yang kurang kreatif, kapabel, dan bisa diandalkan. Sebanyak 42% melihatnya kurang bisa dipercaya, dan 37% menganggapnya kurang cerdas. Kepercayaan pun terkikis, karena 34% penerima melaporkan insiden ini ke rekan tim atau manajer. Ujung-ujungnya, sepertiga penerima (32%) jadi malas bekerja sama lagi dengan si pengirim di masa depan.

Cara Menghentikan Workslop

Pertama, hindari perintah membabi buta untuk "pakai AI kapan saja, di mana saja". Pemimpin perlu mencontohkan penggunaan AI yang bijaksana. AI tidak cocok untuk semua tugas. Perusahaan harus punya panduan dan norma yang jelas. Lalu, perkuat kembali kolaborasi.

Proses kerja dengan AI, memberi perintah, umpan balik, menjelaskan konteks, semuanya bersifat kolaboratif. Interaksi dengan AI punya dampak langsung pada rekan kerja. AI harus dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama, bukan jalan pintas untuk lari dari tanggung jawab.