Brilio.net - Era video AI sudah di depan mata, membuat banyak orang bersemangat untuk mencoba. Cukup ketik beberapa kata, dan sebuah klip video bisa muncul begitu saja. Namun, seringkali hasilnya terasa biasa saja, jauh dari kualitas sinematik yang dijanjikan. Ada perbedaan besar antara video hasil prompt "seekor naga terbang" dengan sebuah adegan yang benar-benar terasa hidup dan megah.

Kunci rahasianya ternyata bukan hanya pada kecanggihan AI, tetapi pada cara memberikan perintah. OpenAI, salah satu pemain utama di bidang ini, pernah membagikan sebuah contoh prompt yang sangat detail, layaknya sebuah naskah syuting dari studio Hollywood.

Prompt ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil luar biasa, instruksi yang diberikan juga harus luar biasa. Ini bukan lagi soal meminta gambar, tapi soal menyutradarai sebuah adegan.

Prosesnya memang terlihat rumit, tetapi sebenarnya logis dan bisa dipelajari. Ini adalah tentang memecah sebuah ide besar menjadi lapisan-lapisan detail yang spesifik, mulai dari konsep cerita hingga butiran debu di udara. Mari kita bedah langkah-langkah untuk membuat prompt video AI sekelas profesional, berdasarkan cetak biru yang sudah ada.

Diungkap brilio.net dari laman resmi OpenAI, yuk intip cara mereka bikin prompt AI, Jumat (3/10)

Detail Penting Untuk Prompt Bikin Video AI

OpenAI OpenAI

foto: OpenAI

1. Mulai dari Konsep Inti dan Mood Cerita

Langkah pertama adalah menentukan "apa" dan "mengapa" dari adegan yang ingin dibuat. Ini adalah fondasi dari segalanya, bukan hanya soal subjek dan aksinya. Detailkan subjek utama, apa yang sedang dilakukannya, bagaimana ia berinteraksi dengan lingkungan, serta suasana atau emosi yang ingin disampaikan. Contohnya, bukan hanya "seekor naga terbang," tapi "seekor naga melesat melewati puncak es bergerigi, dengan ekspresi tenang namun buas."

2. Tentukan Spesifikasi Teknis dan Tampilan Akhir

Anggap saja ini adalah bagian pengaturan kamera digital. Tentukan spesifikasi teknis video untuk memberikan AI batasan yang jelas. Sebutkan resolusi seperti $4K$, durasi video misalnya 5.0 detik, dan jenis motion blur yang natural (180° shutter). Bahkan, detail seperti tekstur gambar seperti "kontras mikro yang tajam" atau "grain film yang sangat halus" akan membuat hasilnya jauh dari kesan kaku khas digital.

3. Atur Lensa dan Gerakan Kamera Virtual

Di sinilah peran sebagai sinematografer dimulai. Tentukan jenis lensa yang digunakan, contohnya lensa 50mm untuk mendapatkan perspektif yang natural tanpa distorsi. Jelaskan juga bagaimana kamera bergerak, misalnya "kamera bergerak paralel mengikuti sang naga dengan sedikit berbelok ke dalam." Tambahan detail seperti penggunaan filter virtual (Black Pro-Mist 1/8) bisa memberikan sentuhan kelembutan pada cahaya untuk hasil yang lebih organik.

4. Bangun Palet Warna yang Spesifik

Warna adalah elemen pencerita yang kuat. Alih-alih membiarkan AI memilih warna secara acak, berikan panduan palet warna yang detail. Pisahkan instruksi untuk area terang (highlights), area tengah (midtones), dan area gelap (shadows). Contohnya: "area terang berwarna putih es dengan gradasi kebiruan, area tengah berwarna biru baja, dan area gelap berwarna teal gelap dengan detail yang tetap terjaga."

5. Ciptakan Atmosfer dan Pencahayaan

Cahaya dan atmosfer adalah nyawa dari sebuah adegan. Tentukan dari mana sumber cahaya utama berasal, misalnya "cahaya matahari sore yang rendah dari arah samping." Tambahkan elemen atmosferik untuk membuat dunia terasa hidup, seperti "angin kencang yang meniupkan butiran salju," "kabut beku tipis di kejauhan," atau bahkan "uap napas tipis dari sang naga."

6. Rancang Lokasi dan Komposisi Gambar

Jelaskan latar tempatnya secara rinci, bukan hanya "pegunungan es." Gunakan istilah deskriptif seperti "area puncak es runcing yang menjulang tinggi dengan punggung bukit setajam pisau." Atur juga komposisi atau framing dengan memberikan arahan seperti "posisi kamera berada di samping naga pada ketinggian sedang" dan "ada bongkahan es di latar depan yang lewat dengan cepat untuk menciptakan efek paralaks dan kecepatan."

7. Detailkan Tekstur Permukaan Subjek

Untuk hasil yang fotorealistis, detail tekstur sangatlah penting. Bahkan untuk makhluk fantasi, material permukaannya harus didefinisikan dengan jelas. Alih-alih hanya "sisik naga," detailkan menjadi "tanduk dengan tekstur matte (tidak mengilap) dan lempengan sisik yang semi-iridescent (berkilau dengan warna bunglon)." Detail kecil seperti "lapisan es mikro di ujung-ujung sisiknya" akan membuat subjek terasa menyatu dengan lingkungannya yang dingin.

8. Desain Suara yang Imersif

Video bukan hanya soal gambar. Berikan arahan suara yang spesifik dan diegetik, artinya semua suara berasal dari dalam dunia adegan itu sendiri. Hindari instruksi "tambahkan musik epik," dan ganti dengan "suara desingan angin di ketinggian, gemuruh kepakan sayap naga, derak retakan es, dan dentuman gletser yang runtuh di kejauhan." Ini akan menciptakan pengalaman yang jauh lebih mendalam.

Contoh Prompt OpenAI

OpenAI OpenAI

foto: OpenAI

Primary Target & Visuals
First read: a dragon slicing past serrated ice spires, wingtip vortices peeling spindrift; second read: the glacier’s fractured sheet falling away to a cobalt fjord, with amber sun rim kissing frost on scales; expression reads predatory calm / effortless power.

Format & Look
5.0s; 4K; 180° shutter; large-format digital sensor emulation with crisp micro-contrast; very fine grain; restrained halation on snow glints; no gate weave.

Lenses & Filtration
Hero: 50mm spherical on nose-mounted gyro-stabilized aerial platform (parallel tracking with slight inward arc). Filtration: Black Pro-Mist 1/8; circular polarizer set light to tame snow glare while preserving specular sparkle.

Grade / Palette
Highlights: clean ice white with cool roll-off; Mids: steel-blue glacier and pale cyan air; Shadows: slate/teal with preserved crevasse detail; warm amber rim on dragon edges for separation; speculars tight on frost/scale.

Lighting & Atmosphere
Late-afternoon low sun cross-key; katabatic wind lofting spindrift; thin frozen haze for depth; intermittent ice-dust bursts in the wake; faint breath-vapor from the dragon on exertion.

Location & Framing
Towering serac field and knife-edged ridgeline; camera tracks co-speed alongside the dragon at mid-altitude, glacier diagonals driving back to fjord; foreground ice fins pass close for parallax; no human structures.

Wardrobe / Props / Vehicle Notes
N/A (creature). Surface read: matte horn ridges, semi-iridescent scale plates with micro-frost along leading edges.

Sound
High-air wind shear, wing membrane thunder each downstroke, crystalline ice tick/creak from the seracs, distant glacier calving boom; quick exhale/rumble from the dragon: “Rrhh—” (sub-1s). No score—pure diegetic awe.

Optimized Shot List (1 shot / 5.0s)
0.0–5.0 — “Parallel Ridge Carve” (50mm, nose-mount aerial with slight inward arc & micro-push)
We pace the dragon as it threads a corridor of ice spires; wingtip vortices peel spindrift into ribbons; a calving fragment drops far below, sending a powder plume; the camera eases closer—scales read, amber rim flares—then the dragon banks toward the fjord, tail scissoring, casting a sweeping shadow over the glacier.
Purpose: Deliver mythic scale with tactile realism in one decisive pass—speed, mass, and elemental cold.

Camera Notes (Why It Reads)
50mm balances creature presence and landscape scale without miniaturizing; parallel track + inward arc sells velocity and form; micro-push times with strongest downstroke for power punctuation; light polarizer controls glare while keeping glitter; back/rim sun sculpts silhouette; near-miss ice fins provide parallax speed cues.

Finishing
Very fine grain (~15%); halation minimal on snow speculars; gentle print emulation to keep blues credible and blacks rich; multiband dynamics to retain wing thump without masking calving boom; poster frame: dragon banked across a sun-lit serac, spindrift streaming, fjord blazing deep blue beyond.

Frequently Asked Questions (FAQ)

1. Apakah prompt harus selalu sedetail ini untuk semua video AI?

Tidak selalu. Tingkat detail prompt sebaiknya disesuaikan dengan tujuan. Untuk ide sederhana atau eksperimen cepat, prompt singkat sudah cukup. Namun, jika tujuannya adalah menghasilkan video pendek berkualitas sinematik dengan visi yang jelas, maka pendekatan mendetail seperti ini sangat dianjurkan untuk memaksimalkan kontrol dan kualitas hasil akhir.

2. Bahasa apa yang paling efektif untuk menulis prompt teknis seperti ini?

Umumnya, Bahasa Inggris lebih efektif, terutama untuk istilah-istilah teknis perfilman seperti "180° shutter," "cross-key lighting," atau "Black Pro-Mist." Sebagian besar model AI dilatih menggunakan data berbahasa Inggris yang sangat luas, sehingga mereka lebih mudah memahami nuansa dan terminologi teknis dalam bahasa tersebut. Menggunakan bahasa asli model akan mengurangi potensi salah tafsir.

3. Bagaimana jika tidak mengerti semua istilah teknis perfilman?

Tidak masalah. Mulailah dengan mendeskripsikan apa yang ingin dilihat secara visual. Daripada menulis "lensa 50mm," coba jelaskan "tampilan dengan sudut pandang normal, tidak terlalu lebar atau terdistorsi, seperti yang dilihat mata." Alih-alih "efek paralaks," coba "buat objek di latar depan bergerak lebih cepat daripada latar belakang untuk menciptakan kesan kecepatan dan kedalaman."

4. Apakah prinsip pembuatan prompt ini bisa diterapkan di semua platform AI video?

Prinsip dasarnya ya. Ide untuk memecah sebuah adegan menjadi lapisan-lapisan detail seperti konsep, kamera, warna, dan suara adalah pendekatan universal yang akan meningkatkan kualitas di platform mana pun. Namun, setiap platform mungkin memiliki sintaks atau cara penulisan perintah yang sedikit berbeda, jadi mungkin perlu ada sedikit penyesuaian.

5. Dari mana bisa belajar lebih banyak tentang istilah-istilah sinematografi ini?

Sumber belajar terbaik adalah dari industri film itu sendiri. Menonton video di balik layar (behind the scenes) pembuatan film, membaca blog atau artikel tentang sinematografi, dan mengikuti karya sutradara atau sinematografer favorit bisa sangat membantu. Memahami dasar-dasar bagaimana sebuah film dibuat akan secara langsung meningkatkan kemampuan untuk "menyutradarai" AI.