Brilio.net - Kerusuhan yang terjadi di berbagai daerah dalam beberapa hari terakhir menyedot perhatian publik. Aksi demonstrasi pecah setelah kabar mengenai kenaikan tunjangan rumah anggota DPR sebesar Rp50 juta per bulan mencuat ke permukaan.
Gelombang protes itu tidak hanya berhenti pada unjuk rasa damai, tetapi juga menjurus ke tindakan anarkis. Penjarahan bahkan dilaporkan terjadi di rumah sejumlah anggota DPR, mulai dari Ahmad Sahoni, Eko Patrio, Uya Kuya, hingga Nafa Urbach.
Di tengah kondisi Tanah Air yang gaduh, Agnez Mo angkat bicara dari Amerika Serikat tempatnya kini berkarier. Ia menyoroti demonstrasi besar-besaran yang meletup beberapa hari terakhir dan menyampaikan pandangannya lewat media sosial.
foto: YouTube/Sekretariat Presiden
Pada Senin, (1/9), penyanyi yang dulu dikenal dengan nama Agnes Monica ini mengunggah pernyataan panjang berlatar hitam di Instagram Stories. Unggahannya ditulis dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia, berisi kritik pedas untuk para anggota dewan.
Menurut Agnez, inti persoalan bukan hanya soal kebijakan DPR yang memicu protes, melainkan juga sikap para pejabat dalam bersikap di hadapan publik. Ia menilai kualitas emosional yang rendah membuat mereka mudah melontarkan pernyataan yang memicu keresahan.
“Semuanya berawal dari EQ yang rendah, cara berbicara di depan umum yang memecah belah dan merendahkan, serta tanpa empati,” tulisnya dikutip dari Instagram @agnezmo, Selasa (2/9).
Pelantun lagu Tak Ada Logika itu menekankan pentingnya kemampuan berbicara di depan publik bagi seorang wakil rakyat. Menurutnya, keterampilan tersebut bukan sekadar tambahan, melainkan standar dasar yang wajib dimiliki anggota DPR.
“Hal paling minimal yang bisa saya harapkan dari seorang anggota DPR adalah kemampuan berbicara di depan publik yang layak, yang tidak memecah belah, tapi benar-benar mencari solusi untuk semua pihak, bukan hanya untuk kepentingan mereka sendiri,” tegasnya.
foto: Instagram/@agnezmo
Agnez juga menyayangkan rendahnya standar yang justru harus dituntut rakyat dari para legislator. Ia menilai hal mendasar seperti kemampuan berbicara di depan publik semestinya sudah menjadi bekal otomatis bagi seorang wakil rakyat.
“Dan, fakta bahwa kita bahkan harus menuntut sesuatu sesederhana kemampuan berbicara di depan publik saja sudah bikin geleng-geleng kepala. Sesuatu yang harusnya sudah menjadi standard paling dasar sebagai manusia, apalagi sebagai wakil rakyat atau pembuat aturan/hukum (legislator),” jelasnya.
Ia kemudian menyinggung pengalaman pribadi yang pernah dialaminya beberapa bulan lalu. Saat itu, Agnez mendapat pernyataan merendahkan dari salah satu anggota DPR yang menyinggung soal latar pendidikan.
“(But well... sudah mengalaminya sendiri sih beberapa bulan lalu ketika ada salah satu anggota DPR yang dengan entengnya bilang kalau belum S3 (PhD), ya ga usah ngomong soal isu ini...karena mungkin menurut dia orang lain 'terlalu bdh'?),” ungkapnya.
Agnez menambahkan bahwa sikap merendahkan tersebut tidak hanya menyasar dirinya saja. Ia menilai, tindakan itu bahkan menyerang banyak pihak lain yang memiliki pandangan berbeda.
“Dan jangan lupa, itu semua dilakukan sambil mencemarkan nama baik dan menjelek-jelekkan SEMUA orang lain yang punya pendapat berbeda,” ujarnya.
Melanjutkan kritiknya, Agnez Mo menekankan bahwa kepemimpinan tidak bisa diukur hanya dari kecerdasan intelektual. Ia menyebut kualitas seorang pemimpin harus tercermin dari integritas, empati, dan kemampuan menyebarkan kedamaian.
“Kepemimpinan menuntut segalanya. Menuntut EQ. Menuntut integritas. Menuntut empati, visi, dan di atas segalanya: menyebarkan kasih dan perdamaian, bukan malah energi yang memecah belah. Kepemimpinan sejati menuntut keberanian untuk melayani seluruh rakyat, bukan hanya untuk orang2 yang setuju dengan pemikiranmu, dan juga bukan untuk sekedar memberi makan egomu sendiri,” tegasnya.
foto: Instagram/@agnezmo
Wanita 29 tahun ini juga menitikberatkan pentingnya mendengar suara rakyat sebagai bagian dari kualitas kepemimpinan sejati. Menurutnya, menghormati orang lain adalah dasar yang harus ditunjukkan dengan sikap dan bukan sekadar kata-kata.
“Menghormati orang lain. And Yes - itu juga berarti tidak selalu memotong ketika orang lain berbicara (incase i need to spell it out) tetapi sungguh-sungguh mendengar suara mereka dan menanggapi dengan bijaksana,” tambahnya.
Di akhir pesannya, Agnez Mo menyinggung rakyat Indonesia yang tengah menghadapi masa-masa penuh gejolak. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh isu atau pihak-pihak tertentu.
“Jadi izinkan saya katakan dengan jelas: jangan mau dihasut. Jangan mau dimanipulasi. Kita lebih bijak. Kita lebih kuat. Kita bukan lagi Indonesia di tahun 1998,” tandasnya.
Recommended By Editor
- 7 Perjalanan perkara Agnez Mo & Ari Bias soal hak cipta 'Bilang Saja', hukuman bayar Rp1,5 M dianulir
- MA kabulkan kasasi, Agnez Mo batal bayar denda Rp1,5 M ke Ari Bias
- Bagaimana sih atlet tarkam Bekasi atasi nyeri otot cuma pakai minyak urut herbal? Ternyata ini triknya
- Penari latar Agnez Mo ini anak aktor ternama, intip 9 potret transformasinya kini jadi pro dancer
- Potret dulu dan kini 10 aktor yang jadi pasangan sinetron Agnez Mo, pesonanya nggak luntur
- Ada yang pernah jadi idol, intip potret lawas 11 musisi Indonesia go internasional
- Apa kabar bocah bareng Agnez Mo di iklan minuman perasa? Kini jalani profesi ini




