Setelah hampir sebulan penuh, Uya Kuya dan istrinya, Astrid, akhirnya berani untuk melihat kondisi rumah mereka di Duren Sawit, Jakarta Timur, yang sempat dijarah oleh sekelompok massa. Dalam sebuah video yang diunggah di kanal Uya Kuya TV, Uya menjelaskan alasan di balik penundaan mereka untuk mengunjungi rumah. 

Sesampainya di rumah, mereka disambut oleh pemandangan yang mengharukan: karangan bunga duka dan dukungan dari para penggemar yang tersusun rapi di halaman. Karangan bunga ini bukan hanya sekadar ungkapan simpati, tetapi juga menjadi pengingat bagi Uya Kuya dan keluarganya tentang apa yang telah terjadi.

Kerugian akibat penjarahan ini tidak hanya bersifat materi, tetapi juga psikologis. Meskipun beberapa barang berhasil kembali, suasana rumah yang sudah hancur tetap menyisakan luka yang mendalam bagi Uya Kuya dan keluarganya.

Uya Kuya mengungkapkan bahwa butuh waktu hampir satu bulan bagi mereka untuk berani melihat keadaan rumah yang dijarah. Ada alasan emosional di balik alasannya baru melihat kondisi rumahnya selang sebulan. 

“Setelah hampir satu bulan, udah empat minggu sebenarnya, ini pertama kali saya dan Astrid  akan melihat rumah kita yang kemarin dijarah, seperti apa kondisinya?, karena terus terang jujur kenapa baru hari ini setelah hampir sebulan karena saya belum tega melihat keadaan rumah,” kata Uya Kuya. 

Kerugian yang ditimbulkan sangat signifikan, termasuk barang-barang berharga seperti piano dan kursi pijat yang menjadi kenangan berharga. "Piano loh Mba, sama ini kursi pijet gimana caranya coba," keluh Astrid. Selain itu, kehilangan tiga kucing kesayangan mereka juga menambah kesedihan yang dirasakan.

Uya Kuya, yang dikenal ceria, kali ini tak bisa menahan amarahnya saat melihat rumahnya yang rusak. Ia menyampaikan pesan tegas agar segala bentuk kebencian dan kritik hanya ditujukan kepada dirinya, bukan kepada keluarganya.

"Silahkan maki-maki saya, kalian mau fitnah saya apa pun, tapi jangan fitnah keluarga saya," tegasnya.