Brilio.net - Dalam era digital yang serba terhubung, keberadaan grup chat wali murid di aplikasi seperti WhatsApp atau LINE sudah menjadi hal yang nyaris wajib di banyak sekolah di Indonesia. Grup tersebut dianggap sebagai cara paling efektif untuk berkomunikasi antara guru dan orang tua murid—mulai dari informasi tugas sekolah hingga pengumuman kegiatan mendadak. Namun, tidak semua negara memandang cara itu sebagai solusi terbaik.

Seorang ibu rumah tangga Indonesia yang tinggal di Jepang, lewat unggahan akun TikTok @benitsuyu, membagikan pengalamannya mengenai sistem komunikasi di sekolah dasar tempat anaknya bersekolah. Ia menjelaskan bahwa di sana, tidak ada grup wali murid sama sekali, baik antara sesama orang tua maupun antara guru dengan orang tua siswa. Meskipun terdengar aneh bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, cara ini justru dinilai lebih efektif dalam menumbuhkan kemandirian anak.

komunikasi guru dan orang tua di Jepang © 2025 TikTok

komunikasi guru dan orang tua di Jepang
© 2025 TikTok/@benitsuyu

"3 Alasan kenapa SD di Jepang nggak ada group chat ortu-guru," tulis wanita bernama Nia dalam postingan TikTok @benitsuyu, Jumat (24/10).

Dalam unggahan tersebut, sang ibu menyoroti bagaimana budaya Jepang sangat menjunjung tinggi profesionalisme dan privasi. Guru hanya bekerja selama jam sekolah, dan setelahnya waktu mereka dianggap sebagai waktu pribadi yang tidak seharusnya diganggu oleh urusan pekerjaan, termasuk membalas pesan dari orang tua murid.

"Lalu penerjemah yang menemaniku menegur: 'Maaf, di sini orang tua murid tidak boleh menyimpan nomor pribadi guru.'," tulisnya.

Menurutnya, sistem ini bukan hanya melindungi guru, tetapi juga mengajarkan anak-anak untuk bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya.

Sistem Sekolah di Jepang yang Menghormati Profesi Guru

komunikasi guru dan orang tua di Jepang © 2025 TikTok

komunikasi guru dan orang tua di Jepang
© 2025 TikTok/@benitsuyu

Grup WhatsApp ataupun Line sengaja tidak dibuat atau ditiadakan karena pihak sekolah sangat menghormati para guru. Dikhawatirkan jika wali murid bisa berkomunikasi langsung dengan guru, nantinya akan ada keakraban yang tidak perlu dan hilangnya respek.

Dengan sistem seperti ini, setiap interaksi antara sekolah dan rumah tangga berlangsung secara terstruktur dan efisien. Tidak ada pesan mendadak di malam hari, tidak ada obrolan ringan di grup, dan tidak ada tekanan bagi guru untuk selalu aktif di luar jam kerja.

Menjaga Work Life Balance

komunikasi guru dan orang tua di Jepang © 2025 TikTok

komunikasi guru dan orang tua di Jepang
© 2025 TikTok/@benitsuyu

Di Jepang, hubungan antara guru dan orang tua murid diatur dengan batasan yang jelas. Para guru hanya bertanggung jawab untuk memberikan informasi melalui jalur resmi, seperti pengumuman tertulis, lembar komunikasi harian, atau rapat wali murid. Tidak ada komunikasi pribadi di luar jam kerja, apalagi melalui grup chat.

Adanya grup atau orang tua yang memiliki nomor guru, akan muncul kesan bahwa guru harus siap dihubungi wali murid kapan saja. Padahal mereka juga punya kehidupan lain di luar sana yang harus diurus. Selain itu guru jadi punya waktu untuk istrahat dan nggak punya beban untuk menjawab pertanyaan orang tua di luar jam sekolah.

Anak Belajar Tanggung Jawab Sejak Dini

komunikasi guru dan orang tua di Jepang © 2025 TikTok

komunikasi guru dan orang tua di Jepang
© 2025 TikTok/@benitsuyu

Salah satu dampak terbesar dari sistem tanpa grup wali murid ini adalah peningkatan rasa tanggung jawab anak terhadap tugas sekolahnya. Dalam ceritanya, sang ibu menjelaskan anaknya harus belajar mencatat sendiri instruksi dari guru dalam buku bernama Renraku (Contact Book).

Ia menganggap kebiasaan seperti ini sangat baik untuk melatih anak berpikir mandiri. Jika anak lupa mencatat tugas atau membawa pekerjaan rumah, maka ia harus menghadapi konsekuensinya sendiri.

komunikasi guru dan orang tua di Jepang © 2025 TikTok

komunikasi guru dan orang tua di Jepang
© 2025 TikTok/@benitsuyu

"Anak bisa belajar bertanggung jawab dengan selalu mencatat sendiri tugas dan menerima konsekuensi jika lupa mengerjakan tugas/salah jadwal," ujarnya.

Pendekatan ini dianggap sebagai bagian dari pendidikan karakter di Jepang. Anak-anak belajar tidak hanya dari nilai akademik, tetapi juga dari proses menghadapi kesalahan dan memperbaikinya.

"Orang tua pun bisa lebih tenang dan merasa terbantu karena anak belajar tanggung jawab sejak dini," tambahnya.

Refleksi untuk Sistem Pendidikan di Indonesia

komunikasi guru dan orang tua di Jepang © 2025 TikTok

komunikasi guru dan orang tua di Jepang
© 2025 TikTok/@benitsuyu

Unggahan @benitsuyu ini juga menjadi bahan refleksi bagi banyak orang tua Indonesia. Grup wali murid memang praktis, tetapi sering kali menimbulkan beban tambahan bagi guru dan ketergantungan pada anak. Banyak anak yang tidak mencatat tugas karena tahu orang tuanya akan mengetahuinya dari grup.

"Enakan ga ada grup2. Enakan jaman dulu.. enakan ga ada komite atau korlas. Jd ga ada kecemburuan sosial dan ga ada pilih kasih. Ga ada kedekatan dan keakraban berlebihan antara guru dan wali murid. Guru2 juga sangat dihormati dan disegani," ujar Rahma Sameera.

"kembalikan sekolah jaman dahulu yg tanpa ada grub wali murid." timpal @uswatunkhasanah2247.

"satu lg manfaat ga perlu group WA sekolah, MEMBIASAKAN ortu untuk BACA dan memahami info dr buku penghubung anak. Sbg guru suka kesel sm walmur yg cm salahin guru padahal uda diinfo jauh2 hari di buku penghubung," ungkap @albirruni.daycare.

Namun demikian, sistem ini tentu tidak bisa diterapkan sepenuhnya tanpa menyesuaikan kondisi sosial dan budaya di Indonesia. Kolaborasi ideal mungkin bisa ditemukan di antara keduanya: tetap menjaga komunikasi efektif, tetapi memberi ruang bagi anak untuk bertanggung jawab atas tugasnya sendiri.

FAQ Seputar Pendidikan di Jepang dan Indonesia

Q: Mengapa di sekolah Jepang tidak ada grup wali murid?
A: Karena mereka menjaga profesionalisme guru dan menghindari komunikasi di luar jam kerja.

Q: Bagaimana cara guru berkomunikasi dengan orang tua di Jepang?
A: Melalui surat resmi, lembar komunikasi harian, atau pertemuan wali murid yang dijadwalkan sekolah.

Q: Apa dampak positif sistem tanpa grup chat bagi anak?
A: Anak lebih mandiri dan belajar tanggung jawab karena tidak bergantung pada informasi dari orang tua.

Q: Apakah sistem seperti ini bisa diterapkan di Indonesia?
A: Bisa, namun perlu penyesuaian budaya dan struktur komunikasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Q: Apa nilai utama yang bisa diambil dari sistem pendidikan Jepang?
A: Disiplin, tanggung jawab pribadi, dan penghormatan terhadap waktu serta privasi orang lain.