Kepala sekolah dan murid yang kepergok merokok saling minta maaf, konflik berakhir damai
  1. Home
  2. »
  3. Serius
15 Oktober 2025 20:10

Kepala sekolah dan murid yang kepergok merokok saling minta maaf, konflik berakhir damai

Sikap terbuka dari kedua belah pihak disambut baik oleh publik. Khansa Nabilah
foto: TikTok/@andrasoni_12

Brilio.net - Insiden antara Kepala SMAN 1 Cimarga, Lebak, Banten, dengan salah satu siswanya akhirnya menemui titik damai. Kasus yang sempat menyita perhatian publik ini berakhir setelah kedua belah pihak bertemu dan saling memaafkan dalam proses mediasi yang difasilitasi Gubernur Banten, Andra Soni.

Pertemuan tersebut menjadi momen penting bagi Kepala Sekolah Dini Fitria dan siswa kelas XII, Indra Lutfiana Putra (17), untuk menyudahi polemik yang sempat menimbulkan aksi mogok belajar di sekolah. Keduanya sepakat melupakan kejadian yang terjadi akibat kesalahpahaman tersebut dan berkomitmen menjaga suasana belajar yang kondusif.

BACA JUGA :
Cara daftar PPG calon guru 2025, persyaratan, tahapan lengkap, dan syarat lolos seleksi


Sikap terbuka dari kedua belah pihak disambut baik oleh publik. Banyak pihak menilai langkah damai ini menunjukkan kedewasaan dan semangat pembinaan yang sejalan dengan nilai-nilai pendidikan.

Dalam pertemuan yang difasilitasi langsung oleh Gubernur Andra Soni, Dini mengakui adanya kekhilafan saat menegur siswanya yang kedapatan merokok di sekitar sekolah. Ia menegaskan bahwa tindakannya sama sekali tidak didasari niat untuk menyakiti.

Ia menjelaskan bahwa kejadian tersebut murni reaksi spontan yang muncul saat ia menegur muridnya. Menurutnya, setiap guru pasti memiliki kepedulian yang besar terhadap siswanya, termasuk dalam hal menegakkan disiplin.

BACA JUGA :
Pencairan tunjangan sertifikasi guru triwulan IV, cek jadwal lengkapnya

foto: TikTok/@andrasoni_12

"Tidak ada guru yang ingin mengenai muridnya. Hari itu terjadi begitu saja, refleks. Bagaimanapun, seorang guru kepada muridnya itu adalah bentuk kasih sayang," kata Dini usai pertemuan dengan Gubernur Banten Andra Soni di Serang, Rabu (15/10), dikutip brilio.net dari Antara.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Andra Soni menilai bahwa penyelesaian secara kekeluargaan merupakan langkah terbaik untuk menjaga ketenangan di lingkungan sekolah. Ia menyebut keputusan untuk memediasi kedua pihak menjadi penting agar kegiatan belajar mengajar bisa kembali normal.

Setelah mediasi berlangsung, Dini dan Indra sama-sama menyatakan kelegaan karena permasalahan ini telah diselesaikan dengan damai. Keduanya juga sepakat untuk melanjutkan proses pembelajaran dengan semangat baru.

"Alhamdulillah, kami sudah saling memaafkan. Keputusan Gubernur sangat tepat karena dengan kebijakan ini anak-anak sudah kembali ke sekolah. Dunia pendidikan tidak boleh berhenti hanya karena kesalahpahaman," ujarnya.

Sebagai kepala sekolah, Dini menegaskan bahwa dirinya memiliki tanggung jawab moral untuk menegakkan kedisiplinan di lingkungan pendidikan. Ia menyebut pelanggaran seperti merokok di sekitar sekolah perlu ditindak agar tidak menjadi kebiasaan buruk di kalangan siswa.

Ia mengaku saat itu hanya berusaha menjalankan tugas sebagai pendidik yang juga bertanggung jawab atas pembinaan karakter. Bagi Dini, tindakan tegas tetap diperlukan selama dilakukan dengan niat mendidik.

"Saya memang konsisten dalam menegakkan kedisiplinan, baik di dalam maupun di luar kelas. Saat itu saya merasa sedang menjalankan tugas, karena kepala sekolah juga guru. Apa pun yang saya lihat sebagai bentuk penyimpangan, saya merasa perlu menegur," katanya.

foto: TikTok/@andrasoni_12

Namun, Dini tak menampik bahwa dalam proses peneguran tersebut sempat terselip emosi. Ia menyadari tindakan spontan yang dilakukan menimbulkan reaksi besar di luar perkiraannya.

Ia pun mengakui kesalahannya dan menyampaikan permintaan maaf kepada semua pihak yang terdampak. Permintaan maaf itu diiringi harapan agar insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak di dunia pendidikan.

"Hanya saja mungkin diwarnai dengan kekhilafan. Saya akui dan saya minta maaf," ujar Dini.

Menyikapi penonaktifan sementara yang diberlakukan Pemerintah Provinsi Banten, Dini menganggap kebijakan tersebut sebagai langkah yang wajar. Ia menilai keputusan itu dibuat demi menjaga stabilitas sekolah pascainsiden dan bukan sebagai bentuk hukuman.

Menurutnya, keputusan tersebut justru membantu mencairkan suasana agar proses pembelajaran dapat kembali berjalan normal tanpa tekanan. Ia memastikan hak-haknya sebagai kepala sekolah tetap dihormati.

"Kebijakan ini bukan hukuman, tapi upaya agar proses belajar mengajar kembali normal. Hak-hak saya sebagai kepala sekolah tidak dikurangi," katanya.

Sebagai pendidik, Dini berharap kejadian ini dapat menjadi pengingat agar komunikasi di lingkungan sekolah berjalan lebih baik. Ia menekankan pentingnya pendekatan yang manusiawi dalam menegakkan disiplin dan membina karakter siswa.

Ia juga menegaskan hubungan antara guru dan siswa tetap terjalin dengan baik setelah peristiwa ini. Harapannya, seluruh warga sekolah bisa kembali fokus pada proses belajar mengajar.

"Intinya, kami baik-baik saja. Ini hubungan antara murid dan guru. Saya berharap semuanya bisa kembali normal seperti semula," ujarnya.

foto: TikTok/@andrasoni_12

Dini menutup pernyataannya dengan pesan agar waktu belajar di sekolah dimanfaatkan sebaik mungkin. Menurutnya, waktu di sekolah bukan sekadar untuk menuntut ilmu, tetapi juga membentuk karakter dan etika siswa.

"Kami hanya punya waktu dari jam tujuh pagi sampai setengah empat sore untuk membina mereka. Itu waktu berharga untuk membentuk anak-anak agar berdisiplin dan beretika," ujar Dini.

Sebelumnya, Gubernur Banten Andra Soni mengingatkan pentingnya penegakan disiplin di sekolah tanpa melibatkan kekerasan fisik. Ia berharap setiap bentuk pembinaan dilakukan dengan cara yang tetap menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

Ia menilai kejadian ini menjadi pembelajaran penting bagi seluruh pihak agar pendidikan karakter berjalan beriringan dengan pendekatan yang empatik. Kasus tersebut juga diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat komunikasi antara guru, siswa, dan orang tua.

Kasus ini mencuat setelah 630 siswa SMAN 1 Cimarga melakukan aksi mogok belajar pada Senin (13/10) sebagai bentuk protes terhadap tindakan kepala sekolah. Aksi itu dipicu laporan bahwa Indra, siswa kelas XII, mendapat perlakuan kasar setelah ketahuan merokok di warung dekat sekolah.

Indra sebelumnya mengaku mendapat teguran keras dari kepala sekolah, termasuk tindakan fisik. Ia juga menuturkan adanya kata-kata yang membuatnya tertekan secara emosional.

"Ia marah, menendang punggung dan menampar pipi kanan saya. Selain itu juga melontarkan kata-kata kasar dan membuat saya mencari puntung rokok," ungkap Indra.

Kini, setelah proses mediasi dan permintaan maaf saling disampaikan, kondisi di SMAN 1 Cimarga mulai kembali tenang. Guru dan siswa diharapkan dapat kembali fokus membangun lingkungan belajar yang sehat dan penuh saling pengertian.

SHARE NOW
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags