Presiden Prabowo Subianto mencurahkan pikirannya mengenai gaya kepemimpinannya, terutama terkait kritik yang menyebutkan bahwa komunikasi pemerintahannya masih kurang terbuka. Dalam sebuah acara di Jakarta Selatan, ia mengakui bahwa selama beberapa minggu terakhir, ia menyadari bahwa komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah yang ia pimpin belum optimal. Tanpa mencari-cari alasan, Prabowo menegaskan hal ini adalah tanggung jawab pribadinya.
"Kemarin saya sadar, beberapa minggu lalu sudah mulai sadar bahwa komunikasi dari pemerintah yang saya pimpin emang agak kurang, dan itu adalah tanggung jawab saya," ungkap Prabowo dalam acara Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI.
BACA JUGA :
Prabowo bicara soal hukuman jera bagi koruptor, penjara terpencil hingga perampasan aset
Lebih lanjut, Prabowo menjelaskan bahwa pendekatan komunikasinya berakar dari filosofi pribadi yang ia anut, yaitu evidence-based performance atau kinerja berbasis bukti. Ia menegaskan bahwa ia tidak suka berbicara tanpa dasar yang jelas.
"Saya ingin menyampaikan penjelasan kenapa, karena saya menganut filosofi 'Evidance base performance'. Jadi, saya enggan bicara tanpa bukti nyata, itu sifat saya," ujarnya.
Prabowo juga menekankan bahwa prinsip ini menjadi dasar dalam memilih rekan kerja di kabinetnya. Bagi Prabowo, yang terpenting bukanlah latar belakang politik atau agama, melainkan dedikasi dan prestasi seseorang.
BACA JUGA :
Yakin bisa buka 8 juta lapangan kerja, Prabowo: Sebentar lagi banyak lowongan
"Saya tidak pernah tanya dari partai mana mereka, saya hanya melihat dari pengabdian dan prestasi mereka," tegasnya.
Di sisi lain, Prabowo juga mengungkapkan bagaimana dirinya sering menjadi sasaran ejekan publik, terutama karena jarang tampil di media. Namun, ia menganggap hal tersebut sebagai risiko yang harus diterima. Istilah "omon-omon" (omong kosong) pun menjadi populer, yang menurutnya lahir dari kejujuran dan kekesalannya terhadap politik yang hanya berisi kata-kata tanpa aksi nyata.
"Saya percaya rakyat akan menilai dengan hasil. Saya sering diejek karena membuka kesempatan untuk diejek. Saya tidak suka orang yang hanya omon-omon," ujarnya.
Ia juga menceritakan bagaimana setelah ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU, ia dan timnya langsung bekerja tanpa banyak publikasi media.
Prabowo menekankan pentingnya tahapan sistematis dalam pembangunan, mulai dari perencanaan yang matang hingga pelaksanaan yang disiplin. Ia mengibaratkan proses pembangunan seperti menanam pohon, di mana hasil tidak bisa didapatkan secara instan. "Gak bisa kita tanam pohon kita minta buahnya turun lusa, tidak mungkin," ujarnya.
Terakhir, Prabowo menggarisbawahi tiga hal utama dalam kerja pemerintahan yang baik: perencanaan, pemilihan personel yang tepat, dan pelaksanaan yang konsisten. Ia juga menegaskan komitmennya terhadap transparansi dengan menyusun 'Buku Strategi Transformasi Bangsa' yang telah disebarluaskan kepada publik. "Kami sangat terbuka, sangat transparan, kami buat buku strategi transformasi bangsa," pungkasnya.