Brilio.net - Kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia menyisakan sorotan tersendiri saat ia menyambangi Candi Borobudur. Bersama Presiden RI Prabowo Subianto, Macron terlihat menikmati kemegahan situs warisan dunia itu di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5).

Kunjungan tersebut merupakan bagian dari agenda resmi kenegaraan yang membawa Macron dan rombongan ke salah satu destinasi budaya paling ikonik di Indonesia. Dalam momen itu, Macron dan istrinya sempat menyentuh bagian dalam stupa, diikuti oleh Teddy Wijaya, Sekretaris Kabinet Indonesia.

Tindakan itu kemudian menjadi bahan perbincangan di media sosial, memicu pertanyaan publik mengenai aturan yang berlaku di kawasan candi. Mengingat Borobudur adalah situs cagar budaya nasional sekaligus warisan dunia UNESCO, setiap aktivitas pengunjung di lokasi itu memiliki batasan yang ketat.

presiden macron teddy wijaya sentuh stupa candi borobudur  © 2025 Instagram

foto: Instagram/@sekretariat.kabinet

Salah satu yang paling jelas adalah larangan untuk menyentuh arca dan relief yang ada di candi. Hal ini tertuang dalam pedoman pemanfaatan kawasan cagar budaya untuk Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon, yang dirilis oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada 2023.

Meski dalam kunjungan kedinasan pengunjung mendapat izin akses khusus dan wajib didampingi oleh pegawai Direktorat Jenderal Kebudayaan, tetap saja ada etika konservasi yang harus dijaga. Apalagi, larangan menyentuh bukan hanya bersifat administratif, tetapi juga demi menjaga kelestarian struktur candi.

Asosiasi Buddhis Muda Indonesia turut menanggapi momen viral tersebut lewat unggahan mereka di media sosial. Mereka menyoroti pentingnya edukasi mengenai larangan menyentuh arca di Candi Borobudur, terutama pada momen kunjungan resmi.

presiden macron teddy wijaya sentuh stupa candi borobudur  © 2025 Instagram

foto: Instagram/@sekretariat.kabinet

Pihak asosiasi memahami bahwa tindakan tersebut bukan semata kesalahan para tamu negara, melainkan kemungkinan besar karena kurangnya informasi mengenai aturan yang berlaku. Mereka menyampaikan hal ini sebagai bentuk kepedulian terhadap upaya pelestarian situs bersejarah tersebut.

"Bukan salah Presiden Emmanuel Macron, Ibu Negara Prancis Brigitte Macron, dan Letkol Teddy. Mungkin dari mereka tidak tahu bahwa melakukan mitos Kunto Bimo sudah tidak diperbolehkan lagi di Candi Borobudur," tulis @ybaindonesia, dikutip brilio.net pada Jumat (30/5).

Dalam unggahan tersebut, mereka juga mengapresiasi pihak konservasi yang telah aktif memberikan edukasi kepada publik. Terutama mengenai keyakinan lama masyarakat terkait ritual menyentuh jari arca Buddha yang dinilai justru merugikan cagar budaya.

Asosiasi menegaskan bahwa mitos tersebut sebaiknya dihentikan demi menjaga kelestarian Borobudur. Mereka berharap edukasi yang disampaikan terus berlanjut agar tidak ada lagi pelanggaran serupa ke depannya.

presiden macron teddy wijaya sentuh stupa candi borobudur  © 2025 Instagram

foto: Instagram/@sekretariat.kabinet

"Kami sangat respect dengan teman-teman @konservasiborobudur khususnya Dr. Hari Setyawan yang memberikan edukasi video bahwa mitos memegang jari Rupang Buddha di dalam stupa akan membawa harapan terkabul atau yang dikenal oleh masyarakat sekitar adalah mitos Kunto Bimo itu hanyalah memiliki dampak buruk terhadap pelestarian Candi Borobudur," jelasnya.

Kepala Humas Balai Konservasi Borobudur Mura Aristina pada 2016 lalu pernah menjelaskan alasan larangan menyentuh arca dan stupa. Ia menyebutkan bahwa kontak langsung dari tangan manusia, meskipun hanya sejenak, bisa memberi dampak kerusakan jangka panjang pada struktur batu.

Mura menegaskan bahwa sudah ada bukti nyata bahwa sentuhan tangan manusia bisa merusak permukaan batu di Candi Borobudur. Ia mengacu pada bagian tertentu dari candi yang telah kehilangan bentuk aslinya akibat sering disentuh pengunjung.

"Bukti bahwa memegang stupa bisa rusak sudah ada," kata Mura sambil menunjukkan bekas tangan yang merusak batu itu di Magelang, Jateng, seperti dikutip dari Antara.

presiden macron teddy wijaya sentuh stupa candi borobudur  © 2025 Instagram

foto: Instagram/@sekretariat.kabinet

Dalam penjelasannya lebih lanjut, Mura menekankan bahwa meski batu terlihat kuat, sentuhan berulang dalam waktu lama tetap akan mengikis permukaannya. Ia mencontohkan kondisi stupa yang bagian bawahnya kini terasa lebih halus akibat sentuhan terus-menerus dari para pengunjung.

"Kendati dari batu, kalau lama-lama dipegang pasti rusak juga. Di bagian bawah ada batu stupa yang halus sehingga bentuk aslinya hilang karena terlalu sering dipegang pengunjung," sambung dia.

Situs seperti Candi Borobudur bukan sekadar destinasi wisata, tapi juga peninggalan leluhur yang memerlukan perlakuan penuh hormat. Momentum ini bisa jadi refleksi untuk memperketat aturan dan meningkatkan kesadaran semua pihak, baik tamu lokal maupun internasional.